Avicenna Leadership School – Perkembangan zaman ditandai dengan kemajuan ilmu, budaya, teknologi hingga kesejahteraan masyarakat. Saat ini, peradaban sedang memasuki era revolusi industri 4.0. Era pra-revolusi industri mengawali peradaban manusia.
Pada era ini tenaga manusia menjadi tenaga utama dalam menjalankan kehidupan dan proses pemenuhan kebutuhan manusia. Berlanjut dengan perkembangan ilmu pengetahuan hingga ditemukannya mesin uap oleh James Watt, serta mesin bertenaga air oleh ilmuwan lainnya mengubah paradigma manusi[T1] a untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan menjadi tenaga mesin. Pada era ini, sektor perindustrian, pertanian, dan peternakan berkembang secara pesat. Manusia dan hewan mulai tergantikan oleh mesin-mesin. Era ini disebut sebagai era revolusi industri 1.0
Era revolusi industri 1.0 hanya berlangsung pada abad 1700 – akhir abad 1800-an. Era yang telah mensukseskan peningkatan pendapatan perkapita beberapa negara atau kekaisaran berakhir dengan ditemukannya tenaga listrik. Tenaga listrik merupakan hasil penelitian berkesinambungan dari beberapa ilmuwan seperti Michael Faraday, Thomas Alfa Edison, Nicola Tesla dan ilmuwan-ilmuwan lainnya. Penggunaan tenaga listrik sebagai sumber utama dan ruang pembakaran pada proses produksi, mengubah era revolusi 1.0 menjadi era revolusi industri 2.0
Pada era revolusi industri 2.0, penemuan -penemuan besar terjadi seperti penemuan pesawat telepon, mobil, serta pesawat terbang. Salah satu penanda penting pada era ini adalah munculnya pabrik mobil Ford. Pabrik Ford dengan teknologi lini produksi atau ban berjalan pada proses produksinya berhasil memangkas keberadaan 250 pabrik mobil menjadi 20 pabrik mobil. Sistem produksi yang diterapkan oleh Ford dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi. Proses manufaktur dapat berjalan dengan lebih sistematis. Pekerja terbagi menjadi beberapa divisi-divisi kerja. Hal ini lebih memungkinkan percepatan produksi barang seperti kendaraan. Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan tak berhenti pada ban berjalan,
Difference Engine No 1, penemuan Charles Barbage, merupakan cikal bakal komputer saat ini. Perkembangan mesin hitung Difference Engine menjadi Electronic Numerical Integrator and Calculator mengembangkan sistem kode biner yang selanjutnya disebut sebagai komputer generasi pertama. Perusahaan komputer di Amerika, IBM, memproduksi komputer dengan ukuran yang lebih kecil, penyimpanan data yang lebih baik, serta mengubah bahasa kode biner menjadi bahasa assembly atau bahasa yang menggunakan singkatan sebagai bahasa mesin. Kemajuan ini merupakan penanda keberadaan komputer generasi kedua. Perkembangan komputer hingga menjadi komputer dengan multi-user dan multi-program menyebabkan perkembangan yang sangat signifikan di bidang lain seperti teknologi, komunikasi, industri dan ekonomi. Salah satunya adalah ditemukannya internet. Hal ini menjadi penanda era revolusi industri 3.0
Revolusi terus bergulir seakan berkejaran dengan tingkat kesejahteraan manusia. Saat ini manusia semakin dimudahkan dalam melakukan banyak ragam kegiatan dalam waktu yang bersamaan. Seorang ibu yang bekerja di luar rumah dapat mengerjakan laporan bulanan sembari memesan kebutuhan makan siang, memantau keberadaan putranya yang menggunakan jasa transportasi online, bahkan melakukan pembayaran iuran arisan melalui mobile-banking. Keresahan terhadap kekurangan waktu menjadi berkurang. Melalui jaringan internet kesenjangan waktu terpangkas. Era revolusi industri baru telah hadir yaitu era revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 menghadirkan Internet of Things (IoT), Big data, percetakan 3D, rekayasa genetika, kendaraan tanpa pengemudi, serta kecerdasan buatan (Artificial Intelegence). IoT sebagai grand disain bagi temuan di era industri 4.0 memberikan harapan peningkatan efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang bahkan mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan manusia. Pemanfaatan IoT pada tata kelola perumahan bahkan perkotaan telah diterapkan di banyak negara termasuk Indonesia. Kota cerdas, smart city, merupakan salah satu contoh pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi serta internet dalam tata kelola wilayah. Harapannya keberadaan IoT dalam tata kelola kota dapat memperbaiki dan meningkatkan pelayanan publik serta mempermudah pekerjaan rumah tangga melalui pengiriman data dan tindak lanjut proses dengan campur tangan manusia secara minimal.
Banyak negara telah merespon kedatangan era revolusi industri 4.0. Sejak tahun 2015, Jerman telah menggelintirkan modal penelitian lintas akademis untuk menyambut era industri 4.0. Amerika Serikat pun mendirikan organisasi nirlaba, Smart Manufacturing Leadership Coalition (SMLC), yang terdiri dari pemerintah, akademisi, produsen, perusahaan teknologi, pemasok serta universitas dan laboratorium guna memajukan cara berpikir di era industri 4.0. Jepang pun tak tinggal diam, Jepang melangkah lebih gesit dengan mempersiapkan era indusri 4.0 serta era sosial 5.0. Lalu bagaimana Indonesia?
Indonesia sebagai negara dengan status negara berkembang dari segi ekonomi, memiliki tantangan untuk meningkatkan pendapatan perkapita, pengendalian laju pertumbuhan penduduk secara kuantitas serta peningkatan kualitas penduduk. Dalam kajian kependudukan yang dikemukakan oleh Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Anggaran, tahun 2015, menyatakan bahwa pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.
Salah satu irisan atau hubungan antara peningkatan kualitas penduduk Indonesia dengan strategi Indonesia dalam menyikapi tantangan era revolusi 4.0 adalah peningkatan mutu pendidikan. Menurut laman Badan Pusat Statistik (BPS), Statistical Yearbook of Indonesia 2019, jumlah populasi penduduk Indonesia yang mendiami 34 propinsi pada tahun 2018 adalah sebesar 265 015 300 jiwa. Penduduk usia sekolah baik mulai dari pendidikan usia dini hingga sekolah menengah atas, usia 5 – 19 tahun, tercatat 69 000 000 jiwa atau sekitar 26 % dari total penduduk Indonesia. Penduduk dengan rentang usia 5-9 tahun mencapai 23 878 400 jiwa, penduduk pada usia 10-14 tahun mencapai 22 878 700 jiwa sementara penduduk dengan rentang usia 22 242 290 jiwa usia Dari data tersebut, presentasi penduduk usia 5-9 tahun, status pendidikan usia dini sampai sekolah dasar, lebih tinggi.
Potret pendidikan Indonesia dapat tergambar melalui perbandingan data jumlah penduduk usia sekolah dengan data ketersediaan fasilitas pendidikan seperti jumlah sekolah dan guru. Statistical Yearbook of Indonesia 2019 mencatat bahwa ketersediaan fasilitas pendidikan baik gedung sekolah maupun ketersediaan guru tidak seimbang dengan jumlah penduduk usia sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, era Jokowi-JK, yang diungkapkan oleh media Gatra, mengatakan bahwa saat ini ada delapan tantangan pendidikan di Indonesia. Diungkapkan Mendikbud tersebut, delapan tantangan pendidikan di Indonesia adalah akses pendidikan, pendidikan karakter, perkembangan teknologi, perubahan demograsi, indeks literasi di bidang pengetahuan, kebudayaan yang masih rendah, kemampuan integrasi internet dan informasi yang masih rendah serta jumlah pengangguran yang masih besar. Dari kedelapan tantangan di atas, akses pendidikan dan perubahan demograsi memiliki keterkaitan yang jelas dengan tantangan perkembangan teknologi, indeks literasi, kebudaayaan, integrasi internet dan informasi serta jumlah pengangguran. Percepatan pemerataan akses pendidikan akan menjadi salah satu jawaban atas tantangan-tantangan yang lain.
Sementara tantangan pendidikan di bidang pengembangan karakter menjadi satu hal yang dapat mengikat keseluruhan tantangan pendidikan di Indonesia. Saat ini Indonesia menjadikan pendidikan karakter sebagai suatu wacana utama dalam kebijakan nasional. Seluruh kegiatan belajar dan mengajar yang ada di negara Indonesia harus mengacu pada pelaksanaan pendidikan karakter. Seringkali guru, orang tua serta pemangku kepentingan pendidikan.dituntut untuk menerapkan pendidikan karakter dan menumbuhkembangkan karakter dalam pendidikan, Namun apakah pemahaman mengenai pendidikan karakter telah dipahami oleh pihak-pihak terkait?
Pendidikan karakter merupakan upaya menghadapi berbagai tantangan di era revolusi industri 4.0. Menurut Endang Komara 2018, dalam jurnal SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 4(1), April 2018, Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan kemampuan seseorang untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena pendidikan karakter merupakan suatu habit, maka pembentukan karakter seseorang itu memerlukan komunitas masyarakat (communities of character) yang bisa membentuk karakter. Dalam konteks ini, peran sekolah sebagai communities of character dalam pendidikan karakter sangat penting. Sekolah mengembangkan proses pendidikan karakter melalui proses pembelajaran, program pembiasaan atau habituasi, kegiatan ekstra-kurikuler, dan bekerja sama dengan keluarga dan masyarakat dalam pengembangannya. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang diterapkan di sekolah harus dapat membantu peserta didik mencapai kecakapan abad 21 yang meliputi kecakapan berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis serta kreatif dan mampu menyelesaikan masalah.
Eksistensi sekolah kepemimpinan, leadership school, memberikan nuansa penyegaran pada program PPK. Sekolah kepemimpinan menawarkan pendidikan karakter berbasis kepemimpinan. Sekolah kepemimpinan membantu peserta didik memiliki tujuh kebiasaan yang efektif dalam membentuk karakter kepemimpinan. Tujuh kebiasaan efektif itu adalah menjadi pribadi proaktif, dapat bertindak mulai dengan tujuan akhir, mendahulukan yang utama, berpikir menang-menang, berusaha untuk mengerti terlebih dahulu kemudian baru dimengerti, mewujudkan sinergi dalam berkegiatan serta selalu mengasah kemampuan. Tidak hanya mengembangkan karakter peserta didik, sekolah kepemimpinan juga dapat membentuk lingkungan kepemimpinan di dalam sekolah. Dan juga berorientasi membentuk kepemimpinan di lingkungan keluarga seluruh warga sekolah.
Tujuh kebiasaan efektif yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah kepemimpinan akan membantu mencetak generasi yang berjiwa kepemimpinan. Hal penting lain yang dapat dilakukan sekolah kepemimpinan adalah membentuk kesadaran. Dua kesadaran yang dapat dipetik dari program sekolah kepemimpinan yaitu setiap orang adalah pemimpin dan kepemimpinan tidak berarti memangku sebuah jabatan. Jika setiap warga sekolah menyadari hal tersebut, maka akan terbentuk karakter kepemimpinan.
Seorang pemimpin akan terbiasa untuk memiliki inisiatif dalam bertindak. Inisiatif dalam bertindak memiliki arti tidak reaktif dalam menyikapi keadaan, mampu membuat pilihan yang bertanggung jawab serta dapat fokus pada tujuan dan waktu yang dimilikinya.
Pemimpin harus dapat menentukan tujuan. Tujuan yang direncanakan secara spesifik dan mampu dicapai akan memberikan arahan dan motivasi bagi seorang pemimpin. Tidak berhenti pada menentukan tujuan, pemimpin pun akan mampu membuat rencana untuk dapat mewujudkan tujuan. Pada tujuh kebiasaan efektif menentukan tujuan lazim disebut bertindak mulai dari tujuan akhir.
Peserta didik yang sudah terbiasa menentukan prioritas dapat menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin memiliki banyak hal untuk dilakukan. Pemimpin harus mampu menentukan hal yang penting untuk diutamakan. Pemimpin pun tidak akan membiarkan hal-hal tidak penting menganggu atau bahkan menghentikan langkahnya meraih hal yang utama. Setiap pemimpin pun memiliki banyak peran dalam komunitas. Dan setiap peran memiliki tujuan masing-masing. Oleh karena itu kebiasaan menentukan hal yang utama akan membantu pemimpin meraih seluruh tujuan.
Pemimpin adalah individu yang menginginkan kemenangan bersama. Pemimpin[T2] tidak akan meraih kemenangan dengan cara mengorbankan anggota timnya. Pemimpin yang baik akan memiliki kebiasaan berpikir menang-menang. Kebiasaan berpikir menang – menang memerlukan keberanian memikirkan kepentingan diri sendiri sekaligus pola berpikir mempertimbangkan kepentingan orang lain. Pemimpin akan memperlakukan orang lain dengan baik sebagaimana ia ingin diperlakukan.
Seorang pemimpin akan berupaya mengerti terlebih dahulu daripada menuntut pengertian dari lingkungan. Hal ini dapat dilakukan seorang pemimpin karena pemimpin memiliki tiga cara dalam berkomunikasi. Pemimpin akan mendengar dengan mata, telinga dan hati. Pemimpin mendengar dengan matanya, mereka akan membuat kontak mata dengan lawan bicara. Pemimpin mendengar dengan telinganya, dengan cermat pemimpin akan mendengarkan setiap perkataan lawan bicara. Selain itu untuk menunjukkan sikap peduli terhadap lawan bicara, seorang pemimpin akan mendengarkan dengan hati. Dan supaya dapat dipahami, seorang pemimpin harus dapat berkata jujur dan menyampaikan ide secara jelas.
Pemimpin akan menyambut perbedaan dalam tim dengan baik. Setiap pemimpin akan menyadari bahwa setiap orang memiliki kekuatan yang berbeda. Perbedaan ini akan dijadikan kekayan dan kekuatan dalam tim. Pemimpin akan bersinergi dalam tim. Kesadaran bahwa bersama-sama akan menghasilkan hal luar biasa serta kerendahan hati menjadi tolak ukur dalam bersinergi.
Perubahan zaman yang dinamis serta perkembangan teknologi yang pesat, memberikan kesempatan bagi seorang pemimpin untuk selalu mengasah kemampuannya. Tiga hal yang akan selalu diasah seorang pemimpin adalah tubuh, otak dan jiwa. Pemimpin yang baik akan menjaga kebugaran tubuh melalui olahraga, mengatur pola makan serta istirahat yang cukup. Seorang pemimpin akan terus mempelajari hal-hal baik di berbagai bidang untuk mengasah kemampuan otak. Selain itu, melalui kegiatan spiritual, berbagi, rekreasi, dan menghabiskan waktu bersama keluarga dan orang yang dicintai akan mengasah jiwa seorang pemimpin.
Program kepemimpinan yang ditawarkan oleh sekolah kepemimpinan dapat menjadi simplifikasi menghadapi era revolusi industri 4.0. Perubahan zaman, termasuk revolusi industri adalah hal yang telah terjadi sejak zaman dahulu. Munculnya para ilmuwan, budayawan, seniman, dan tokoh penting lainnya menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi hanya perlu disikapi dengan tepat. Bukan alih-alih menyalahkan kerasnya zaman dan derasnya arus globalisasi namun dapat menunjukkan kualitas diri sebagai pemimpin zaman. Michael Faraday, Nicole Tesla, Abraham Lincoln, Mahatma Gandhi, Soekarno, Picasso, Glenn D Lowry adalah sebagian masyarakat dunia yang mampu memimpin diri sendiri dan berkarya untuk dunia.
Berbagai tantangan dan kerumitan di era revolusi industri 4.0 dapat disederhanakan dengan karakter kepemimpinan. Individu yang mampu bertindak sebagai pemimpin diri sendiri akan menjadi individu yang rendah hati dan berpengaruh di manapun seseorang ditempatkan. Sekolah kepemimpinan melalui program kepemimpinan yang terarah akan menjawab tantangan era revolusi industri 4.0
Dalam konteks implementasi karakter kepemimpinan di Sekolah Avicenna, sebagai salah satu Leadership School di Indonesia, sudah dapat dikategorikan tahap berkembang. Praktik yang telah dilakukan Sekolah Avicenna adalah mengajarkan prinsip kepemimpinan, menciptakan budaya kepemimpinan serta menyelaraskan sistem akademik dengan nilai kepemimpinan.
Pengajaran prinsip kepemimpinan telah dilakukan baik melalui pembelajaran professional yang melibatkan pimpinan serta seluruh staf sekolah, pembelajaran siswa serta pembelajaran keluarga. Pembelajaran prinsip kepemimpinan kepada siswa menggunakan metode pelajaran langsung, pendekatan terpadu serta pemodelan. Pembelajaran prinsip kepemimpinan pada keluarga siswa Sekolah Avicenna juga telah dilakukan melalui pelatihan 7 habits kepada keluarga. Pelajaran langsung nilai kepemimpinan dilakukan oleh guru seminggu sekali di kelas. Pendekatan terpadu nilai kepemimpinan dengan semua mata pelajaran memberikan kesempatan aplikasi nilai kepemimpinan pada setiap kegiatan pembelajaran.
Pengembangan budaya kepemimpinan pun telah marak dilakukan Sekolah Avicenna. Sekolah Avicenna telah melengkapi lingkungan fisik dengan ornamen yang bernilai kepemimpinan. Program kepemimpinan bersama juga sudah dilaksanakan. Sekolah Avicenna telah melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan. Setiap siswa memiliki peran kepemimpinan baik di lingkungan kelas maupun sekolah. Penyelenggaraan kegiatan sekolah telah banyak melibatkan siswa. Siswa bergerak sebagai perancang acara, pengatur konsumsi serta penerima tamu.
Penyelarasan sistem akademik dengan nilai kepemimpinan telah melakukan penetapan tujuan sekolah, tujuan staff, tujuan siswa serta buku catatan kepemimpinan. Pencapaian tujuan sekolah dilakukan secara bersinergi di antara seluruh warga sekolah. Tujuan siswa ditentukan secara personal dan kelompok atau kelas. Dalam proses pencapaian tujuan, setiap siswa memiliki buku catatan kepemimpinan. Buku catatan kepemimpinan dapat menunjukkan proses yang telah dilakukan siswa serta rencana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.
Implementasi nilai kepemimpinan di Sekolah Avicenna dapat ditingkatkan. Beberapa saran dan rekomendasi berikut dapat dilakukan agar program kepemimpinan, Leader in Me, tidak sekedar slogan sekolah. Pertama, peningkatkan peran guru sebagai model pembelajaran nilai kepemimpinan. Transformasi sekolah dapat dimulai dari transformasi diri sendiri yaitu guru. Dengan sistem bekerja dari dalam ke luar, sewaktu guru menerapkan kebiasaan, pengaruh guru akan menyebar ke siswa, sekolah dan keluarga baik keluarga guru yang bersangkutan ataupun keluarga siswa. Kedua, proses pembelajaran langsung harus dapat menyentuh siswa. Siswa harus dapat memahami serta merasakan manfaat penerapan nilai kepemimpinan. Metode pembelajaran langsung nilai kepemimpinan harus selalu fresh dan mengikuti kebutuhan siswa tanpa keluar dari pakem pengajaran nilai kepemimpinan. Ketiga, eksistensi tim lighthouse harus jelas dan dapat dijadikan panutan bagi guru kelas dan guru pengajaran langsung. Keempat, peran kepala sekolah serta pimpinan sekolah harus dapat menjadi booster atau pendorong kegiatan penerapan nilai kepemimpinan. Kelima, Sekolah Avicenna harus meningkatkan sinergi sekolah dan orang tua untuk penerapan nilai kepemimpinan baik di sekolah maupun di rumah. Semua saran dan rekomendasi dapat dilakukan bila seluruh pemangku kepentingan yaitu guru, siswa, orang tua, staff dan yayasan dapat bersinergi dengan baik.
Artikel ini menjadi Juara 1 Lomba Menulis Artikel Sekolah Avicenna
Karya Asli – Theresa Dwi Utami, Guru SMP Avicenna Cinere
[T2]impin
Leave a Reply